Senin, 02 Maret 2015

Korea Selatan vs Indonesia again.......

Kali ini gue ingin posting sesuatu yang rada-rada beda, mungkin lebih serius aja kali ya....hehehe.... Berawal dari tugas kuliah ekonomi dan valuasi lingkungan, yang mempertanyakan mengapa pendapatan per-kapita Korea Selatan lebih besar dari Indonesia ? membuat gue mau tidak mau mencari informasi-informasi tentang kondisi perekonomian Korea Selatan dan Indonesia saat ini. Dan hasilnya.....benar-benar mencengangkan.......lebay pisan hahahaha.......

Yang dimaksud pendapatan per-kapita itu sendiri adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan per-kapita ini didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan  jumlah penduduk di negara tersebut. Pendapatan per-kapita suatu negara memang sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya jumlah penduduk, karena tingginya pendapatan nasional suatu negara ternyata tidak menjamin pendapatan per-kapitanya juga tinggi. Dan suatu negara dikatakan maju apabila pendapatan per-kapitanya besar. Jika pendapatan nasionalnya tinggi namun pendapatan pertumbuhan ekonomi di suatu negara tidak merata maka kesenjangan sosial di negara itu jelas terasa karena yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin terpuruk.


Indonesia adalah negara kepulauan di dunia yang terdiri dari 13.466 pulau dengan jumlah penduduk 241.452.952 jiwa, sedangkan Korea Selatan adalah sebuah negara di Asia Timur yang meliputi bagian selatan Semenanjung Korea dengan luas 99.274 km2 dan berpenduduk 48.598.175 jiwa. Kedua negara ini memiliki sejarah pahit masa-masa pra dan pasca kemerdekaan. Tepat dua hari setelah Korea Selatan merdeka, Indonesia juga memproklamirkan kemerdekaan setelah dua kota besar Jepang dijatuhi bom atom pada 6 dan 9 Agustus 1945. Indonesia dan Korea Selatan sama-sama menjadi negara miskin setelah lama dijajah. Namun beberapa dekade kemudian, Korea Selatan bergerak jauh lebih maju meninggalkan Indonesia.....

Korea Selatan saat ini

Satu hal yang sangat mencolok antara Indonesia dan Korea Selatan pasca kemerdekaan adalah Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam dan tanah yang subur, sementara Korea Selatan sangat miskin dengan sumber daya alamnya. Indonesia mempunyai sumber daya yang besar seperti minyak mentah, gas alam, timah, tembaga dan emas. Gue masih inget banget jaman gue SD, Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris (wah....ketauan deh gue kelahiran berapa wkwkwkwk......).

Lahan pertanian yang subur di Indonesia

Namun beberapa waktu kemudian, dari awalnya negara pertanian tradisional paling miskin, Korea Selatan bangkit menjadi negara industri modern yang disegani dunia. Perihnya penjajahan Jepang membuat bangsa Korea harus mengalahkan bangsa Jepang (dalam pengertian soft-power....gue suka banget tuh prinsipnya). Ditambah sikap AS yang awalnya memandang rendah, justru membuat bangsa Korea Selatan bangkit dan sadar bahwa hanya kebijakan radikal dan semangat kebangsaan yang tinggi (atau istilah Bung Karno : national and character building) yang bisa membebaskan perekonomian dari stagnasi dan kemiskinan. 

Perekonomian Indonesia pada masa awal pemerintahan (Orde Lama) tidak seutuhnya mengadaptasi sistem ekomoni kapitalis, namun memadukannya dengan nasionalisme ekonomi. Namun pemerintah yang belum berpengalaman, masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut ditambah dengan kemelut politik yang mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara. Pemerintahan selanjutnya (Orde Baru) segera menerapkan disiplin ekonomi yang bertujuan menekan inflasi, menstabilkan mata uang, penjadualan ulang hutang luar negeri dan berusaha menarik bantuan dan investasi asing. Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-1n akibat krisis ekonomi yang melanda sebagian besar Asia pada saat itu, yang disertai pula berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998.

 


Krisis ekonomi juga mengguncang Korea Selatan, krisis finansial tersebut membuka kelemahan dari model pengembangan Korea Selatan, termasuk rasio utang/persamaan yang besar, pinjaman luar yang besar, dan sektor finansial yang tidak disiplin. Pertumbuhan jatuh sekitar 6,6% pada tahun 1998, namun kemudian pulih dengan cepat ke 10,8% pada tahun 1999 dan 9,2% pada tahun 2000. Pertumbuhan kembali jatuh ke 3,3% pada tahun 2001 karena perlambatan ekonomi dunia, ekspor yang menurun dan persepsi bahwa pembaharuan finansial dan perusahaan yang dibutuhkan tidak tumbuh. Kemudian dipimpin oleh industri dan konstruksi, ekonomi Korea Selatan bangkit tahun 2002 dengan pertumbuhan sebesar 5,8%. Jumlah penduduk dibawah garis kemiskinan sebesar 15% pada tahun 2003. Ekonomi Korea Selatan sendiri dipimpin oleh konglomerat besar yang dikenal dengan sebutan chaebol. Beberapa chaebol yang terbesar antara lain Samsung electronics, POSCO, Hyundai Motor Company, KB Financial Group, Korea Electric Company, Samsung Life Insurance, Shinhan Finacial Group, LG Electronics, Hyundai dan LG Chem.

Kendati Korea Selatan sudah menjelma menjadi negara industri raksasa, sektor pertanian masih memainkan peran penting dan ikut menyumbang devisa yang signifikan. Penduduk yang bekerja di sektor pertanian, dewasa ini hanya sekitar 10%. Namun produk pertanian mereka justru meningkat enam kali lipat dibanding akhir tahun 60-an. Roda perekonomian pun tetap berputar karena semua orang bekerja dan punya penghasilan. Dengan sistem rodi berbasis patriotisme dan didukung penguasaan ilmu dan teknologi pertanian, dalam waktu singkat agrobisnis mengalami booming di Korea Selatan. Padahal sebagian besar wilayahnya merupakan perbukitan yang tandus, kecuali daerah sepanjang aliran sungai Han-gang yang memang sangat subur.


Petani dan hasil pertanian Korea Selatan

Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar tidak bisa memanfaatkan kekayaan alamnya yang ada. Di lain pihak jumlah penduduk yang besar itu menjadi kekuatan pasar yang besar baik pasar sebagai konsumen maupun sebagai pasar tenaga kerja, namun di pihak lain banyaknya penduduk menjadi beban pembiayaan dan tingkat partisipasi angkatan kerja yang hanya pada kisaran 60-70 % dari angkatan kerjanya. Dengan sumber daya alam yang sudah tidak terbantahkan banyaknya, sebenarnya Indonesia sudah 'gagal' melakukan produksi, gagal memaksimalkan potensi yang ada, gagal mengalokasikan secara optimal kekuatan yang ada menjadi barang dan jasa yang siap konsumsi.

Belajar dari kasus Korea Selatan, kunci sukses suatu pembangunan ekonomi sebenarnya bukan terletak pada ada atau tidaknya sumber daya alam, tetapi pada ada tidaknya kemauan dan kemampuan manusianya terutama level pemimpinnya, dan pada pilihan strategi kebijakan.

Daftar Pustaka
Anonim. 2015a. Perekonomian Indonesia Saat Ini. caturdj.wordpress.com. Diakses tanggal 21 Februari 2015
http://www.bps.go.id
Kuntawiaji, 2015. Melihat Indonesia dari Korea Selatan. http://kuntawiaji.tumblr.com. Diakses tanggal 21 Februari 2015
Samhadi, S.H, 2015. Belajar dari Korea Selatan : Kesuksesan Industri-Ekonomi Korea. nusantaranews.wordpress.com. Diakses tanggal 21 Februari 2015.
Wikipedia, 2015. Indonesia dan Korea Selatan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar